PUISI-PUISI ARIF RIJALI DARI PINTU KE PINTU




DERMAGA KELANA

Kulihat matamu tajam
Sihirlah jiwaku yang dahaga
Sungguh aku mencintaimu
Tiada batasan waktu
Tiada tempatku berlabuh
Kemana aku harus berlabuh

Di gunung di lembah
Di darat dan di air
Hati serasa enggan
Hatiku bagai telaga, yang
Tak dapat diukur kedalamannya

Cintaku laksana air yang mengalir, dan
Suara derik aliran darahku masih gemericik segar
Jantungku berdentang keras
Serupa  ombak dikesunyian malam
Langkah kakiku perlahan mendekati dermaga
Tiba di sana, dermaga telah pergi



PINTU TERPAKU PILU

Perlahan-lahan,
Kubuka mata jendela
Terbentang malam melintang sebuah cerita
Bertaburan kegelisahan dahaga jiwa
Dihiasi bulan cendawan terlihat pucat
Putih kadang kelabu

Bulan apa sekarang
Sepuluh kali rumahmu ku jelang
Pintumu masih terkunci rapat dari dalam
Kapan kau buka pintu rumahmu

Bila esok sampai matahari terbit,
tak juga ada jawaban
Biarlah, cinta ini begini saja
Bagimu gelisah hanyalah dua benang merah yang tak sempat terurai
Tapi bagiku adalah kesdihan yang mendalam

Namun aku ada cara lain,
sebaiknya aku mencinta dalam doa
Karena cinta di sana tak pernah mendua
Biarlah cinta dan rindu,
Terus mengintai dan memecah kabut-kelabu

Tak begitu denganku,
Aku hanya terdiam seperti patung di ujung jalan
Yang menuggu bulan cendawan berubah putih salju, dan aku
di depan pintu aku berjanji pada doa
Wahai bungaku
Ku malu tapi mau
Mendapatkan hatimu

Yogyakarta, November 2019
Arif Rijali Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjabat sebagai ketua Lembaga SBO DPP IMM dan di Departemen Sosial Kemasyarakatan, DPD KNPI Kota Yogyakarta

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer